Kabupaten Bulukumba
adalah salah satu Daerah Tingkat II
di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota
Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan
berpenduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa.
Letak wilayah
Secara
kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng–Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut
lepas.
Kabupaten
Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan,
terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah
ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba
1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.
Letak geografis
Secara
geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40”
Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.
Batas-batas
wilayahnya adalah:
- Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai
- Sebelah Selatan: Laut Flores
- Sebelah Timur: Teluk Bone
- Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng.
Sejarah singkat
Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua
kata dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam
bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik
saya". Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di
Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong",
di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara
damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng
Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit
dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah
kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak
Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah
kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal
dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis
"Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami
perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba". Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi
sebuah kabupaten.
Peresmian
Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–Undang
Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi
yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun
1978, tentang Lambang Daerah. Akhirnya
setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli
sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu
tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994. Secara
yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II
setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba
pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan bupati pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.
Slogan Kabupaten Bulukumba
Paradigma kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan memberikan nuansa
moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika
bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali’ siparappe,
Tallang sipahua." Ungkapan
yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek bahasa Bugis–Konjo tersebut
merupakan gambaran sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengemban amanat
persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan
pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat. Nuansa
moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan "Bulukumba Berlayar" yang mulai
disosialisasikan pada bulan September
1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsepsi
"Berlayar" sebagai moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta memiliki kaitan kesejarahan,
kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba. "Berlayar"
merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi "Bersih
Lingkungan, Alam Yang Ramah". Filosofi yang terkandung dalam slogan
tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan, yaitu sejarah, kebudayaan dan
keagamaan.
Pijakan sejarah
Bulukumba
lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah dan
nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 diawali dengan terbentuknya
"barisan merah putih" dan "laskar brigade pemberontakan Bulukumba
angkatan rakyat". Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini,
melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang dan badai untuk merebut
cita–cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
Pijakan kebudayaan
Dari
sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda modern" dalam kancah percaturan kebudayaan nasional,
melalui industri budaya dalam bentuk perahu, baik itu perahu jenis phinisi,
padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa–lepa yang telah berhasil
mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subjek yang
bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.
Pijakan Keagamaan
Masyarakat
Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal abad ke–17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605
M. Ajaran agama Islam ini dibawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau
Sumatera yang masing–masing bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang
(Makassar) dan Dato Patimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan
menggerakkan sikap keyakinan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin,
selamat dunia dan akhirat dalam kerangka tauhid "appasewang"
(meng-Esa-kan Allah SWT).
Lambang daerah Kabupaten Bulukumba
Berdasarkan
Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bulukumba Nomor: 13 Tahun 1987, maka
ditetapkanlah Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba dengan makna sebagai berikut:
1. Perisai Persegi Lima : Melambangkan sikap batin masyarakat Bulukumba yang teguh memertahankan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
2. Padi dan Jagung : Melambangkan mata pencaharian utama dan merupakan makanan pokok masyarakat
Bulukumba. Bulir padi sejumlah 17 bulir melambangkan tanggal 17 sebagai tanggal
kemerdekaan RI. Daun jagung sejumlah 8 menandakan bulan Agustus sebagai bulan
kemerdekaan RI. Kelopak buah jagung berjumlah 4 dan bunga buah jagung berjumlah
5 menandakan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan RI.
3. Perahu Phinisi : Sebagai salah satu mahakarya ciri khas masyarakat Bulukumba, yang dikenal
sebagai "Butta Panrita Lopi" atau daerah bermukimnya orang yang ahli
dalam membuat perahu.
4. Layar perahu phinisi berjumlah 7 buah : Melambangkan jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Bulukumba, tetapi sekarang
sudah dimekarkan dari tujuh menjadi 10 kecamatan.
5. Tulisan aksara lontara di sisi perahu "Mali Siparappe, Tallang Sipahua" : Mencerminkan perpaduan dari dua dialek Bugis-Makassar yang melambangkan
persatuan dan kesatuan dua suku besar yang ada di Kabupaten Bulukumba.
6. Dasar Biru : Mencerminkan bahwa Kabupaten Bulukumba merupakan daerah maritim.
Sepuluh Kecamatan
Awal
terbentuknya, Kabupaten Bulukumba hanya terdiri atas tujuh kecamatan
(Ujungbulu, Gangking, Bulukumpa, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang),
tetapi beberapa kecamatan kemudian dimekarkan dan kini “butta panrita lopi”
sudah terdiri atas 10 kecamatan.
Kesepuluh
kecamatan tersebut adalah:
1. Kecamatan Ujungbulu (Ibukota Kabupaten)
2. Kecamatan Gantarang
3. Kecamatan Kindang
4. Kecamatan Rilau Ale
5. Kecamatan Bulukumpa
6. Kecamatan Ujungloe
7. Kecamatan Bontobahari
8. Kecamatan Bontotiro
9. Kecamatan Kajang
10. Kecamatan Herlang
Dari sepuluh kecamatan tersebut, tujuh di antaranya merupakan daerah pesisir sebagai
sentra pengembangan pariwisata dan perikanan yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan
Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro,
Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Tiga
kecamatan lainnya tergolong sentra pengembangan pertanian dan perkebunan, yaitu
Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa.
Daftar Bupati/wakil Bupati Bulukumba
1.
Andi Patarai (12 Februari 1960 - 1966)
2. Andi Bakri Tandaramang (1966-1978)
3. Amien Situru (1978, Pjs)
4. HA Hasanuddin (1978-1980)
5. Malik Hambali (1980-1985)
6. HA Kube Dauda (1985-1990)
7. Andi Tamrin (1990-1995)
8. HA Patabai Pabokori (1995-2005)
9. AM Sukri Sappewali-H. Padasi (2005-2010)
10. Azikin Solthan (2010, Plt)
11. Zainuddin Hasan-Syamsuddin (2010-2015)
2. Andi Bakri Tandaramang (1966-1978)
3. Amien Situru (1978, Pjs)
4. HA Hasanuddin (1978-1980)
5. Malik Hambali (1980-1985)
6. HA Kube Dauda (1985-1990)
7. Andi Tamrin (1990-1995)
8. HA Patabai Pabokori (1995-2005)
9. AM Sukri Sappewali-H. Padasi (2005-2010)
10. Azikin Solthan (2010, Plt)
11. Zainuddin Hasan-Syamsuddin (2010-2015)
Topografi
Daerah
dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas permukaan laut
meliputi tujuh kecamatan pesisir, yaitu: Kecamatan Gantarang, Kecamatan
Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro,
Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang.
Morfologi bergelombang
Daerah
bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut,
meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan
Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang,
Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.
Morfologi perbukitan
Daerah
perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke utara dengan
ketinggian 100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari
Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.
Ketinggian
Wilayah
Kabupaten Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran rendah
sampai bergelombang. Luas dataran rendah sampai bergelombang dan dataran tinggi
hampir berimbang, yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai
sekitar 50,28% maka dataran tinggi mencapai 49,72%.
Klimatologi
Kabupaten
Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C–27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman
pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith-Ferguson (tipe
iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di
Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembap atau agak basah.
Kabupaten
Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober–Maret dan musim rendengan antara April–September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni:
stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng, stasiun Kajang, stasiun Batukaropa,
stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari, stasiun Bulo–bulo dan stasiun
Herlang. Daerah
dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur
sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian
selatan curah hujannya rendah.
Curah
hujan di Kabupaten Bulukumba sebagai berikut:
•Curah hujan antara 800 – 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagia Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.
•Curah hujan antara 1000 – 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.
•Curah hujan antara 1500 – 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.
•Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.
•Curah hujan antara 800 – 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu, sebagia Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.
•Curah hujan antara 1000 – 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.
•Curah hujan antara 1500 – 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.
•Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.
Jenis tanah
Tanah
di Kabupaten Bulukumba didominasi jenis tanah latosol dan mediteran. Secara
spesifik terdiri atas tanah alluvial hidromorf coklat kelabu dengan bahan induk
endapan liat pasir terdapat dipesisir pantai dan sebagian di daratan bagian
utara. Sedangkan tanah regosol dan mediteran terdapat pada daerah-daerah
bergelombang sampai berbukit di wilayah bagian barat.
Hidrologi
Sungai
di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan sungai
kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang
adalah sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah
sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan sawah
seluas 23.365 Ha.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulukumba
Salam Budaya.
Terima kasih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar.