Sabtu, 25 Juli 2015

Melirik Kebudayaan di Tana Toa (Bagian 1)

Assalamualaikum kak dan selamat malam, Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin dari kami keluarga Lintas Budaya Indonesia jika dalam penulisan di blog ini terdapat banyak kesalahan.
Bagaimana mudiknya ? pasti seru yaa karena berkumpul bersama keluarga. :)
Bagaimana dengan mudik kami ? Sebagian dari kami tidak mudik karena Makassar menjadi kampung halaman kami. :D 

TAPI KAMI LIBURANN ~~~~

Lalu bagaimana liburan kami kemarin tgl 18 - 19 juli 2015 ?
Kemarin kami belajar kebudayaan di Tana Toa yang berada di desa Kajang, Kabupaten Bulukumba. Jarak kurang lebih sekitar 30KM dari tempat kami nge-camp Pantai Samboang. Dengan bantuan teman baru kami yang kebetulan mereka tinggal daerah kajang: Kak Itto, Kak Ulli, dan Kak Ical kami menuju KAWASAN ADAT AMMA TOA.


TANA TOA artinya Tanah Tertua. TANA TOA merupakan suatu kawasan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai Tanah yang paling tua dari Sabang sampai Merauke, dimana kawasan ini dihuni oleh masyarakat yang memiliki adat dan kepercayaan yang mungkin dianggap ekstrem bagi masyarakat secara umum.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya adalah bahasa konjo .Bahasa konjo termasuk bahasa Makassar yang berkembang dalam satu komunitas masyarakat. Sedikit penggambaran bahwa masyarakat yang ada di kawasan Tana Toa menolak adanya teknologi, makanya ketika kami berkunjung ke rumah Amma Toa tidak diperkenankan untuk memakai alas kaki dan menggunakan teknologi ( HP, kamera, dan sejenisnya ) termasuk mengambil gambar, kecuali keluar dari halaman rumah baru kami bisa mengambil gambar.

Depan Rumah Amma Toa, Bersama Kak Ical (Kedua dari kanan, pakai topi)



Jadi siapa Amma Toa ? (AMMA; Bapak dan TOA; Tua) artinya bapak yang dituakan.
Amma Toa adalah Pimpinan yang mereka hormati dan setiap keputusan yang dibuat harus disetujui oleh Amma Toa. Kekuasaannya absolut, kebijakannya dalam bidang adat, pemerintahan, dan aturan - aturan agama.

lalu bagaimana kriteria untuk bisa jadi Amma Toa ? 
Istilah Amma Toa dimulai sejak datangnya ‘Tomanurung’ (menurut kepercayaan; Tomanurung adalah cikal bakal masyarakat di Sul Sel). Amma Toa yang petama adalah Datuk moyang yang sampai sekarang sudah Amma Toa yang ke-22 sejak Amma Toa yang pertama. Adapun kedudukan Amma Toa adalah seumur hidup, artinya orang yang dipilih menjadi Amma Toa meninggal dunia. Lalu akan dipilih lagi Amma Toa yang baru.
Calon Amma Toa yang baru harus memenuhi beberapa kriteria tertentu yang merupakan sesuatu yang gaib, artinya mendapat petunjuk dari Turae Ra’na (baca; Tuhan) untuk melakukan beberapa hal sebelum jadi Amma Toa. Tapi yang paling penting adalah orang tersebut adalah orang yang jujur, tidak pernah menyakiti, menjaga diri dari perbuatan jahat, tidak merusak alam serta senantiasa mendekatkan diri pada “Turae ra’na”. .Lalu para calon Amma Toa dikumpulkan, kemudian seekor ayam dilepaskan. Ketika ayam tersebut hinggap pada salah seorang calon, maka dialah yang menjadi pemimpin adat berikutnya.
Ini adalah kuburan Amma Toa sebelumnya




 to be continue . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar.